Sunday, November 22, 2009

Kisah Hikmah: Kisah sang Khalifah dan seorang Badui



Suatu ketika al-Hajjaj bin Yusuf diiringi para pengawalnya melakukan perjalanan mengelilingi daerah kekuasaannya. Dalam perjalanannya itu tibalah rombongan di suatu tempat antara Makkah dan Madinah yang bermata air jernih dan segar. Ia memerintahkan para pengawalnya untuk mencari teman mengobrol sekaligus teman makan.

Pengawal pun pergi menyusuri tempat sekitar daerah itu untuk mencari orang yang dibutuhkan sang baginda. Ketika pengawal tiba di sebuah bukit, tampak seorang Badui yang sedang tidur berselimutkan kain kumal. Pengawal itu membangunkan dan kemudian mengajaknya menemui al-Hajjaj.

Ketika tiba di tenda al-Hajjaj, dia diperintahkan untuk mencuci tangan dan kaki. Hal itu membuat Badui bingung. "Ayo, kau makan bersamaku." kata al-hajjaj menyambut si Badui itu.

Mendapat tawaran itu Badui langsung
menolak. "Maaf, terima kasih atas undangan anda. Tapi saya telah menerima undangan dari yang lebih baik dibvanding undangan anda." kata Badui itu.
"Siapakah dia?" tanya al_Hajjaj.

"Allah SWT. Dia telah memanggilku untuk berpuasa dan hari ini aku tengah menjalankannya." jawab Si badui.
"Tapi apakah di bawah terik panasnya matahari seperti ini kau masih tetap berpuasa?" tanya raja al-Hajjaj lagi. "Ya, bahkan meskipun menghadapi panas yang melebihi panasnya hari ini." jawab Si Badui.

"Batalkan saja puasamu untuk hari ini saja. Besok kamu bisa berpuasa lagi." ujar al-Hajjaj.
"Apakah anda bisa menjamin besok saya masih bisa hidup dan berpuasa lagi? Bila Anda bisa, saya akan berbuka puasa sasat ini juga." kata si Badui.

"Tentu saja aku tak bisa menjamin, Mati hidup seseorang di luar kehendak kita." tambah al-Hajjaj.
"Jika Anda tak bisa menjamin, kenapa Anda menyuruh saya utnuk membatalkan sesuatu yang sudah pasti dan menjanjikan sesuatu yang di luar kehendak Anda." kata si Badui.
"Kau akan menyesal jika tak mau memakan masakan yang lezat ini." bujuk al-hajjaj.

"Tuan, kelezatan tak terletak pada masakan. Kelezatan hanya dapat diperoleh dari tubuh yang sehat." jawab si Badui.
Akhirnya al-Hajjaj sadar, ia merasa mendapat pelajaran. Ternyata dari Badui yang dianggap bodoh dari pedesaan yang terpencil ini tercermin sifat-sifat agung.

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Blog Matahati Imaduddien Abu Hanifah
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Baca Selengkapnya Di Sini »»

Kisah Hikmah: Nasihat Sayidina Ali tentang Kematian




Mari kita simak apa nasihat Sayidina Ali bin Abi thalib Karamallahu Wajhah tentang kematian berikut ini:" Hai manusia, setiap orang pasti mati untuk menemui (kematian) yang hendak dielakkannya dengan melarikan diri. Kematian adalah tempat di mana hidup ini menggiring kita ke sana. Melarikan diri darinya berarti menangkapnya (karena waktu yang digunakan untuk berlari darinya justru semakin memperpendek dan mempercepat pertemuan dengannya)".

Tahukah anda tentang kematian?

Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara barang sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian. Niscaya kalian akan segera melupakan jenazah tersebut dan mulai menangisi diri kalian sendiri. ( Imam Ghazali atsar Al-Hasan.)

Datangnya kematian menurut Al-Qur'an:

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri siapa saja walaupun manusia berusaha menghindari dari resiko-resiko kematian.

Katakanlah:"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar(juga) ke tempat mereka terbunuh".
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada di dalam hatimu. Allah maha mengetahui isi hati. ( Q.S: Ali Imran, 3: 154)

2. Kematian akan mengejar siapa pun meski ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu kendatipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:" Ini adalah dari sisi Allah".

Dan jika mereka ditimpa suatu bencana atau musibah, mereka mengatakan:"Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:' Semuanya datang dari sisi Allah".Maka mengapa orang-orang itu( orang munafik ) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"( Q.S: An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah:" Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(Q.S: Al-Jumuah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal".(Q.S: Lukman, 31:34).


Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Blog Matahati Imaduddien Abu Hanifah
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Baca Selengkapnya Di Sini »»

Kisah Hikmah: Sang Ibu dan Anaknya


Di bulan Ramadhan ini mari kita merenung sejenak dengan menyimak kisah berikut ini. Telah diriwayatkan ada seorang yang shalih berjalan di jalan. Tiba-tiba ia melihat pintu terbuka, lalu ada anak kecil keluar dari pintu itu meminta pertolongan sambil menangis. Sedangkan ibunya berada di belakangnya dengan mengusir si anak itu sampai dia keluar.

Akhirnya sang ibu menutup pintu depan, sehingga ia masuk rumah dan anak kecil itu pergi di tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu si kecil berhenti sambil berfikir dan merenung, namun ia belum mendapatkan tempat perlindungan selain rumah yangh dia diusir darinya.

Ia juga belum mendapatkan orang yang mau melindungi dirinya selain ibunya sendiri. Terpaksa ia kembali pulang dengan jiwa yang terpukul dan dengan hati yang sedih. Setiba di rumah, ia didapatkan pintu masih tertutup rapat.Akhirnya ia tidur di depan pintu sambil

meletakkan pipinya di ambang pintu, sementara air matanya bercucuran sampai membasahi pipinya.

Lama ia tidur di situ, kemudian pergi. Ketika ibunya melihat anaknya dalam keadaan demikian, akhirnya dia langsung mengambil si anak itu sambil dirangkulnya, diciumnya, dan menangis tersedu-sedu.

Seraya berkata, "Wahai anakku, Kenapa kalian pergi meninggalkan daku, siapa yang akan melindungi kalian selain aku. Tidak aku telah berkata kepada kalian, "Janganlah kalian menyalahi perintahku dan janganlah kalian berbuat yang menyebabkan aku harus memberi hukuman kepada kalian, yang jelas itu menyalahi sifat kasih sayang yang telah Allah berikan kepadaku untuk kalian. Kemudian anak itu diambilnya dan dibawa masuk rumah.

Akan tetapi Rasulullah SAW bersabda: "Allah lebih kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada kasih sayang ibu terhadap anaknya".(HR: Muslim)

Dimanakah letak rahmat (kasih sayang) ibu dibandingkan dengan kasih sayang Allah yang meliputi segala sesuatu? Bahkan Allah lebih senang manakala ada seseorang yang bertaubat kepada-Nya. Perhatikan sabda nabi SAW: "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan orang yang bepergian mengendarai kendaraan di hutan.

Sesampai di sana ia singgah, sedang kendaraan itu penuh dengan bekal makanan dan minuman. Lalu ia duduk di bawah pohon rindang sambil meletakkan kepalanya dan tidur sebentar di bawah pohon itu. Begitu bangun tiba-tiba kendaraan itu hilang. Akhirnya ia mencari kendaraan itu.

Ia datang ke sebuah bukit dan naik ke atasnya. Namun ia tidak melihat sesutu. kemudian ia mendatangi bukit lain sambil naik ke atasnya namun ia tetap tidak melihat apa-apa.

Sampai udara sangat panas dan ia merasa haus, akhirnya ia memutuskan untuk kembali lagi ke tempat semula. Sampai di sana ia tertidur dengan lelap. Begitu bangun, ia langsung pergi ke bawah rindang pohon sambil berbaring di bawahnya. Ia sudah patah harapan untuk mendapatkan kendaraannya kembali lalu mulai putus asa.

Tiba-tiba ketika ia terbangun dari tempat pembaringannya, kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan bekal makanan dan minuman. Dengan demikian, Allah lebih gembira menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya."

Ketahuilah, wahai teman-temanku! Sesunguhnya dosa itu bisa meninmbulkan rasa re4ndah hati bagi orang-orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya. Juga menimbulkan rintihan yang dicintai oleh Allah SWT.

Oleh karena itu, seseorang senantiasa meletakkan dosa-dosanya di ujung matanya, sehingga dosa-dosa itu bisa menyebabkan dirinya menyesal. Akhirnya yang asalnya ia selalu berbuat dosa kini berubah mengerjakan berbagai ketaatan dan kebaikan kepada Allah.

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Blog Matahati Imaduddien Abu Hanifah
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Baca Selengkapnya Di Sini »»

Kisah Hikmah: Ketakwaan Para Sahabat

Penjelasan Mengenai Ketakwaan Para Sahabat

1. Kepulangan Rasulullah dari Mengantar Jenazah dan Undangan seorang Wanita

Pada suatu hari, ketika Rasulullah sedang berjalan pulang dari upacara pemakaman, seorang wanita telah mengundang beliau untuk makan-makan di rumahnya.

Beliau bersama-sama dengan para sahabat berangkat menuju wanita pengundang tadi. Ketika makanan dihidangkan, nabi kelihatan kesulitan menelan makanan yang dihidangkan. Beliau bersabda, "Sepertinya hewan ini telah disembelih tanpa izin pemiliknya."

Wanita itu berkata, "Ya Rasulullah, tadi saya telah menyuruh seorang lelaki membeli seekor kambing di pasar. Tetapi kambing-kambing itu telah habis terjual. Kebetulan beberapa hari yang lalu tetangga saya telah membeli seekor kambing.

Kemudian saya menyuruh lelaki itu ke rumah tetangga saya untuk membeli kambing tersebut. Sayangnya pemilik kambing itu sedang tidak ada di rumah, jadi yang menjual kamibing itu istrinya."

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah SAW bersabda, "berikanlah makanan ini kepada tawanan." (Abu Daud)

2. Nabi SAW tidak dapat tidur karena khawatir mengenai sebutir kurma sedekah

Pada suatu ketika, Rasulullah SAW tidak dapat memejamkan matanya sepanjang malam. Beliau selalu mengubah-ubah posisi tidurnya, namun tetap tidak dapat memjamkan mata walau sekejap pun. Sehingga istri beliau bertanya,

"Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkan engkau tidak dapat tidur?"

Beliau menjawab, "Tadi ada sebuah yang diletakkan di suatu tempat. Karena takut terbuang begitu , maka saya telah mengambil dan memakannya. Sekarang setelah saya berfikir, saya merasa menyesal dan khawatir, mungkin kurma yang dikirimkan kepadaku itu adalah kurma untuk disedekahkan kepada fakir miskin."

3. Abu Bakar Shiddiq RA Menumpahkan makanan dari tukang ramal

Abu Bakar Shiddiq RA mempunyai seorang hamba sahaya yang senantiasa memberikan makanan kepadanya. Suatu ketika hamba sahayanya itu membawa makanan dan Abu Bakar Shiddiq memakan satu suap dari makanan itu. Hamba sahayanya itu berkata, "Biasanya Tuan selalu bertanya tentang sumber makanan yang saya bawa, tetapi hari ini Tuan tidak berbuat demikian?"

Abu Bakar menjawab, "Saya sangat lapar, sehingga saya lupa bertanya. Sekarang, terangkan kepadaku dari mana engkau mendapat makanan ini?"

Hamba Sahayanya menjawab, "Pada zaman jahiliyah, sebelum saya memeluk islam, saya pernah menjadi seorang peramal. Suatu ketika saya bertemu dengan satu kaum di sebuah kabilah, kemudian saya membacakan mantra kepada mereka.

Mereka berjanji kepada saya akan memberikan sesuatu sebagai imbalan jasa saya kepada mereka. Hari ini saya telah lewat di perkampungan mereka. Mereka berkata, "Di sini sedang diadakan upacara pernikahan, kemudian mereka memberi makanan ini kepada saya."

Mendengar cerita hamba sahayanya itu, Abu Bakar berkata, "Hampir saja kamu membinasakanku!" Setelah itu dia berusaha memuntahkan makanan itu dengan memasukkan jari tangan ke dalam kerongkongannya. Tetapi disebabkan perasaan sangat lapar yang belaiu derita sebelumnya, makanan itu pun sangat sulit dikeluarkan.

Ada orang yang memberitahu beliau bahwa makanan itu dapat dimuntahkan dengan cara meminum air sebanyak-banyaknya. Maka beliau meminta air di gelas yang besar, kemudian beliau pun minum sebanyak-banyaknya. Makanan itu pun akhirnya dapat dimuntahkan.

Seseorang yang memperhatikan beliau berkata, "Semoga bAllah mencurahkan rahmat-Nya kepada engkau. Engkau telah bersusah payah disebabkan oleh sesuap makanan."

Abu Bakar menjawab, "Apabila untuk memuntahkan makanan itu harus saya tebus dengan jiwa, maka saya pasti melakukannya. Saya mendengar Rasulullah bersabda, "Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram, maka api (neraka) lebih baik baginya. Saya takut ada bagian dari badan saya yang disuburkan oleh makanan haram." (Kanzul Ummal

Sifat Zuhud dan Sederhana

1. Kejaran Kemiskinan Bagi Orang yang Mencintai Rasulullah SAW

Seorang sahabat telah datang menjumpai Rasulullah SAW, lalu berkata,"Ya Rasulullah, saya mencintai Engkau." Nabi SAW bersabda,"Pikirkan dahulu apa yang engkau katakan,"

Tetapi orang itu berkata lagi,"Saya mencintai engkau Ya Rasulullah."Nabi tetap bersabda seperti tadi. Setelah tiga kali orang itu bertanya dengan pertanyaan yang sama, akhinya Nabi SAW bersabda,"Baiklah, apabila engkau tulus dalam perkataanmu itu, maka bersiaplah menghadapi kefakiran yang akan menimpamu dari segala arah. Karena kefakiran akan datang dengan cepat kepada orang-orang yang mencintai aku sebagaimana air terjun yang mengalir."

2. Pertanyaan Rasulullah SAW kepada para sahabat tentang dua jenis manusia

Suatu ketika Rasulullah sedang duduk bersama beberapa orang sahabatnya. Kemudian datanglah seseorang lewat di depan mereka. Orang ini berpenampilan perlente, rapi, berpakaianj ala bangsawan. Nabi bertanya kepada para sahabat,"Bagaimana pendapat kalian mengenai orang ini (orang yang lewat tadi)."

Para sahabat menjawab,"Ya Rasulullah, dia termasuk orang kaya dan mulia. Demi Allah, jika dia melamar seorang wanita, lamarannya pasti diterima. Jika dia melindungi seseorang, pasti lindungannya disetujui. Jika dia berbicara, pasti orang pada mendengarkan." Mendengar jawaban para sahabat, Nabi hanya terdiam.

Tidak lama kemudian , datang lagi seseorang lewat di depan mereka. Orang ini berpenampilan kumuh, lusuh, dekil dan berpenampilan seperti gembel. Rasulullah bertanya lagi mengenai orang itu," Sekarang pendapat kalian bagaimana mengenai orang ini." Mereka menjawab,"Ya rasulullah, dia seorang yang miskin. Jika dia melamar seorang wanita, pasti lamarannya akan ditolak. Jika dia mengusulkan sesuatu, pasti tidak diterima. Jika dia berbicara, pasti tidak akan orang yang mau mendengarkannya."

Rasulullah bersabda,"Apabila seluruh dunia dipenuhi oleh orang seperti yang pertama tadi, maka orang yang kedua tadi lebih baik dari mereka semua."

Hikmah dari kisah di atas adalah: Orang yang hanya mengandalkan kemuliaan di dunia saja, tanpa amalan akherat niscaya tidak akan mendapat tempat di sisi Allah. Sebaliknya orang miskin yang tidak mendapat tempat di sisi siapapun di dunia, yang kata-katanya tidak didengar oleh siapapun, tetapi ternyata dia lebih mulia dalam pandangan Allah. Kesimpulannya, Allah menilai hambanya dari ketaatan dan ketaqwaannya, bukan pada penampilan dan hartanya.

3. Penolakan Rasulullah SAW Terhadap Tawaran Gunung Emas

Rasulullah SAW bersabda,"Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk mengubah bukit-bukit di Makkah menjadi emas. Tetapi aku menadahkan tangan kepada-Nya sambil berkata,"Ya Allah, saya lebih suka sehari kenyang dan lapar pada hari berikutnya agar saya dapat mengingat-Mu apabila sedang lapar, dan memuji-Mu serta mensyukuri nikmat-Mu apabila kenyang."

4. Rasulullah SAW memperingatkan Umar RA dengan kehidupan beliau yang zuhud

Suatu hari Umar Bin Khattab RA berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Kebetulan waktu itu Rasul sedang tiduran di atas tikar yang terbuat dari anyaman daun kurma. Dilihatnya kamar Rasulullah hanya berisi tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu. Di dinding bilik hanya tergantung sebuah guci kecil terbuat dari kulit kambing tempat mengambil wudhu untuk sholat malam. Selain dari itu tidak ada apa-apa.

Umar menangis melihat keadaan kamar Rasulullah. Rasulullah bertanya,"Mengapa engkau menangis wahai Umar?" Umar menjawab,"Bagaimana saya tidak menangis, ya Rasulullah. Saya sedih melihat tanda bekas tikar yang engkau tiduri di badan engkau yang mulia, dan saya prihatin melihat kamar engkau." Semoga Allah mengaruniakan kepada kepada tuan bekal yang lebih banyak. Orang-orang Persia dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang ditengahnya mengalir sungai. Sedangkan engkau adalah pesuruh Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan miskin."

Ketika Umar berkata demikian, Rasulullah bangun dari tikarnya lalu berkata,"Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat tentu akan lebih baik dari pada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini. Jika orang-orag kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya."

Mendengar sabda Nabi tersebut, Umar merasa menyesal dan meminta maaf kepada Rasulullah. Umar berkata,"Ya Rasulullah, memohon ampunlah kepada Allah untuk saya, saya telah bersalah dalam hal ini."

Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Blog Matahati Imaduddien Abu Hanifah
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Baca Selengkapnya Di Sini »»

Kisah Hikmah: Kisah Nabi dan Para Sahabat


Sifat Zuhud dan Sederhana

1. Kejaran Kemiskinan Bagi Orang yang Mencintai Rasulullah SAW

Seorang sahabat telah datang menjumpai Rasulullah SAW, lalu berkata,"Ya Rasulullah, saya mencintai Engkau." Nabi SAW bersabda,"Pikirkan dahulu apa yang engkau katakan,"

Tetapi orang itu berkata lagi,"Saya mencintai engkau Ya Rasulullah."Nabi tetap bersabda seperti tadi. Setelah tiga kali orang itu bertanya dengan pertanyaan yang sama, akhinya Nabi SAW bersabda,"Baiklah, apabila engkau tulus dalam perkataanmu itu, maka bersiaplah menghadapi kefakiran yang akan menimpamu dari segala arah. Karena kefakiran akan datang dengan cepat kepada orang-orang yang mencintai aku sebagaimana air terjun yang mengalir."

2. Pertanyaan Rasulullah SAW kepada para sahabat tentang dua jenis manusia

Suatu ketika Rasulullah sedang duduk bersama beberapa orang sahabatnya. Kemudian datanglah seseorang lewat di depan mereka. Orang ini berpenampilan
perlente, rapi, berpakaianj ala bangsawan. Nabi bertanya kepada para sahabat,"Bagaimana pendapat kalian mengenai orang ini (orang yang lewat tadi)."

Para sahabat menjawab,"Ya Rasulullah, dia termasuk orang kaya dan mulia. Demi Allah, jika dia melamar seorang wanita, lamarannya pasti diterima. Jika dia melindungi seseorang, pasti lindungannya disetujui. Jika dia berbicara, pasti orang pada mendengarkan." Mendengar jawaban para sahabat, Nabi hanya terdiam.

Tidak lama kemudian , datang lagi seseorang lewat di depan mereka. Orang ini berpenampilan kumuh, lusuh, dekil dan berpenampilan seperti gembel. Rasulullah bertanya lagi mengenai orang itu," Sekarang pendapat kalian bagaimana mengenai orang ini." Mereka menjawab,"Ya rasulullah, dia seorang yang miskin. Jika dia melamar seorang wanita, pasti lamarannya akan ditolak. Jika dia mengusulkan sesuatu, pasti tidak diterima. Jika dia berbicara, pasti tidak akan orang yang mau mendengarkannya."

Rasulullah bersabda,"Apabila seluruh dunia dipenuhi oleh orang seperti yang pertama tadi, maka orang yang kedua tadi lebih baik dari mereka semua."

Hikmah dari kisah di atas adalah: Orang yang hanya mengandalkan kemuliaan di dunia saja, tanpa amalan akherat niscaya tidak akan mendapat tempat di sisi Allah. Sebaliknya orang miskin yang tidak mendapat tempat di sisi siapapun di dunia, yang kata-katanya tidak didengar oleh siapapun, tetapi ternyata dia lebih mulia dalam pandangan Allah. Kesimpulannya, Allah menilai hambanya dari ketaatan dan ketaqwaannya, bukan pada penampilan dan hartanya.

3. Penolakan Rasulullah SAW Terhadap Tawaran Gunung Emas

Rasulullah SAW bersabda,"Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk mengubah bukit-bukit di Makkah menjadi emas. Tetapi aku menadahkan tangan kepada-Nya sambil berkata,"Ya Allah, saya lebih suka sehari kenyang dan lapar pada hari berikutnya agar saya dapat mengingat-Mu apabila sedang lapar, dan memuji-Mu serta mensyukuri nikmat-Mu apabila kenyang."

4. Rasulullah SAW memperingatkan Umar RA dengan kehidupan beliau yang zuhud

Suatu hari Umar Bin Khattab RA berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Kebetulan waktu itu Rasul sedang tiduran di atas tikar yang terbuat dari anyaman daun kurma. Dilihatnya kamar Rasulullah hanya berisi tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu. Di dinding bilik hanya tergantung sebuah guci kecil terbuat dari kulit kambing tempat mengambil wudhu untuk sholat malam. Selain dari itu tidak ada apa-apa.

Umar menangis melihat keadaan kamar Rasulullah. Rasulullah bertanya,"Mengapa engkau menangis wahai Umar?" Umar menjawab,"Bagaimana saya tidak menangis, ya Rasulullah. Saya sedih melihat tanda bekas tikar yang engkau tiduri di badan engkau yang mulia, dan saya prihatin melihat kamar engkau." Semoga Allah mengaruniakan kepada kepada tuan bekal yang lebih banyak. Orang-orang Persia dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang ditengahnya mengalir sungai. Sedangkan engkau adalah pesuruh Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan miskin."

Ketika Umar berkata demikian, Rasulullah bangun dari tikarnya lalu berkata,"Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat tentu akan lebih baik dari pada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini. Jika orang-orag kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya."

Mendengar sabda Nabi tersebut, Umar merasa menyesal dan meminta maaf kepada Rasulullah. Umar berkata,"Ya Rasulullah, memohon ampunlah kepada Allah untuk saya, saya telah bersalah dalam hal ini."

Penjelasan Mengenai Ketakwaan Para Sahabat

1. Kepulangan Rasulullah dari Mengantar Jenazah dan Undangan seorang Wanita

Pada suatu hari, ketika Rasulullah sedang berjalan pulang dari upacara pemakaman, seorang wanita telah mengundang beliau untuk makan-makan di rumahnya.

Beliau bersama-sama dengan para sahabat berangkat menuju wanita pengundang tadi. Ketika makanan dihidangkan, nabi kelihatan kesulitan menelan makanan yang dihidangkan. Beliau bersabda, "Sepertinya hewan ini telah disembelih tanpa izin pemiliknya."

Wanita itu berkata, "Ya Rasulullah, tadi saya telah menyuruh seorang lelaki membeli seekor kambing di pasar. Tetapi kambing-kambing itu telah habis terjual. Kebetulan beberapa hari yang lalu tetangga saya telah membeli seekor kambing.

Kemudian saya menyuruh lelaki itu ke rumah tetangga saya untuk membeli kambing tersebut. Sayangnya pemilik kambing itu sedang tidak ada di rumah, jadi yang menjual kamibing itu istrinya."

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah SAW bersabda, "berikanlah makanan ini kepada tawanan." (Abu Daud)

2. Nabi SAW tidak dapat tidur karena khawatir mengenai sebutir kurma sedekah

Pada suatu ketika, Rasulullah SAW tidak dapat memejamkan matanya sepanjang malam. Beliau selalu mengubah-ubah posisi tidurnya, namun tetap tidak dapat memjamkan mata walau sekejap pun. Sehingga istri beliau bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkan engkau tidak dapat tidur?"

Beliau menjawab, "Tadi ada sebuah yang diletakkan di suatu tempat. Karena takut terbuang begitu , maka saya telah mengambil dan memakannya. Sekarang setelah saya berfikir, saya merasa menyesal dan khawatir, mungkin kurma yang dikirimkan kepadaku itu adalah kurma untuk disedekahkan kepada fakir miskin."

3. Abu Bakar Shiddiq RA Menumpahkan makanan dari tukang ramal

Abu Bakar Shiddiq RA mempunyai seorang hamba sahaya yang senantiasa memberikan makanan kepadanya. Suatu ketika hamba sahayanya itu membawa makanan dan Abu Bakar Shiddiq memakan satu suap dari makanan itu. Hamba sahayanya itu berkata, "Biasanya Tuan selalu bertanya tentang sumber makanan yang saya bawa, tetapi hari ini Tuan tidak berbuat demikian?"

Abu Bakar menjawab, "Saya sangat lapar, sehingga saya lupa bertanya. Sekarang, terangkan kepadaku dari mana engkau mendapat makanan ini?"

Hamba Sahayanya menjawab, "Pada zaman jahiliyah, sebelum saya memeluk islam, saya pernah menjadi seorang peramal. Suatu ketika saya bertemu dengan satu kaum di sebuah kabilah, kemudian saya membacakan mantra kepada mereka.

Mereka berjanji kepada saya akan memberikan sesuatu sebagai imbalan jasa saya kepada mereka. Hari ini saya telah lewat di perkampungan mereka. Mereka berkata, "Di sini sedang diadakan upacara pernikahan, kemudian mereka memberi makanan ini kepada saya."

Mendengar cerita hamba sahayanya itu, Abu Bakar berkata, "Hampir saja kamu membinasakanku!" Setelah itu dia berusaha memuntahkan makanan itu dengan memasukkan jari tangan ke dalam kerongkongannya. Tetapi disebabkan perasaan sangat lapar yang belaiu derita sebelumnya, makanan itu pun sangat sulit dikeluarkan.

Ada orang yang memberitahu beliau bahwa makanan itu dapat dimuntahkan dengan cara meminum air sebanyak-banyaknya. Maka beliau meminta air di gelas yang besar, kemudian beliau pun minum sebanyak-banyaknya. Makanan itu pun akhirnya dapat dimuntahkan.

Seseorang yang memperhatikan beliau berkata, "Semoga bAllah mencurahkan rahmat-Nya kepada engkau. Engkau telah bersusah payah disebabkan oleh sesuap makanan."

Abu Bakar menjawab, "Apabila untuk memuntahkan makanan itu harus saya tebus dengan jiwa, maka saya pasti melakukannya. Saya mendengar Rasulullah bersabda, "Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram, maka api (neraka) lebih baik baginya. Saya takut ada bagian dari badan saya yang disuburkan oleh makanan haram." (Kanzul Ummal)


Perasaan Takut Rasulullah SAW dan Para Sahabat kepada Allah Azza Wa Jalla

1. Amalan Rasulullah ketika terjadi awan gelap dan angin topan

A'isyah berkata, apabila terjadi mendung, awan hitan dan angin kencang, wajah nabi yang biasa memancarkan nur, akan terlihat pucat karena takut kepada Allah. Beliau keluar masukm masjid dalam keadaan gelisah sambil membaca doa berikut ini:

"Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada di dalamnya, dan kebaikan yang Engkau kirim bersamanya. Dan saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan angin ini, kejahatan yang ada di dalamnya, dan kejahatan yang Engkau kirim bersamanya."

2. Amalan Anas RA ketika terjadi angin topan

Nadhir bin Abdullah ra bercerita bahwa ketika Anas masih hidup. suatu hari telah terjadi angin topan secara tiba-tiba. Saya pun pergi menemuinya dan bertanya, "Pernahkah engkau mengalami hal seperti ini di zaman Rasulullah SAW?" Anas menjawab, "Saya berlindung kepada Allah, pada waktu itu jika terjadi angin topan, kami segera pergi ke masjid, karena takut kalau-kalau terjadi hari Kiamat."

Abu Darda ra bercerita, "Kebiasaan Rasulullah SAW apabila terjadi angin bertiup sangat kencang (angin ribut) beliau terlihat cemas kemudian segera pergi ke masjid."

3. Amalan Rasulullah ketika terjadi Gerhana Matahari


Penting!! Perlu Anda Baca:
@ Kumpulan dongeng anak
@ Bukan Berita Biasa
@ Trik dan rumus matematika
@ Catatan dan Ulasan Seputar dakwah
@ Tips dan Trik belajar yang efektif
@ Review dan Ulasan pertandingan Juventus
@ Pasang Iklan gratis
@ Kumpulan widget gratis
@ Seputar hukum dan kisah-kisah sedekah
@ Blog Matahati Imaduddien Abu Hanifah
@ Seputar Resensi Buku
@ Kumpulan tutorial Blog
Baca Selengkapnya Di Sini »»

Saturday, August 29, 2009

Kumpulan Kisah: Petuah bagi Ahli Maksiat

Teman-teman, saya akan memposting kisah kisah hikmah yang mungkin bisa menginspirasi kehidupan anda.

Petuah bagi Ahli Maksiat

Suatu saat, seorang ahli hikmah, Ibrahim bin Adham didatangi oleh orang yang mengaku ahli maksiat. Ia mengutarakan niatnya untuk keluar dari kubangan dunia hitam. Ibrahim bin Adham memberikan nasihatnya, seraya berkata, "Jika ingin menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka tak mengapa kamu meneruskan kesukaanmu berbuat maksiat."

Mendengar perkataan Ibrahim, ahli maksiat dengan penasaran bertanya, "Ya Abu Ishaq (panggilan Ibrahim bin Adham), apa syarat-syaratnya?" Ibrahim bin Adham berkata, "Pertama, jika ingin melakukan maksiat kepada Allah, janganlah kamu memakan rizki-Nya." "Lalu aku harus makan dari mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rizki Allah?" kata sang ahli maksiat keheranan.

Ibrahim bin Adham berkata lagi, "Ya, kalau sudah menyadarinya, masih pantaskah kamu memakan rizki-Nya, sedangkan kamu melanggar perintah-pertintah-Nya.

Kemudian syarat yang kedua, kalau ingin bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah kamu

tinggal di bumi-Nya. "Ya Abu Ishaq, kalau demikian, aku akan tinggal di mana? Bukankah semua bumi dan isinya ini kepunyaan Allah?" kata lelaki itu.

"Ya Abdullah, renungkanlah olehmu, apakah masih pantas memakan rizki-Nya, sedangkan kamu masih hendak melanggar perintah-Nya?" kata Ibrahim.

"Ya benar, " kata lelaki itu tertunduk malu.
Ibrahim bin Adham kembali berkata, "Syarat ketiga, kalau ingin juga bermaksiat, mau makan rizki-Nya, mau tinggal di bumi-Nya, maka carilah suatu tempat yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat-Nya."

"Ya Abu Ishaq, mana mungkin Allah tidak melihat kita?" ujarnya.
Sang ahli maksiat itu pun terdiam merenungkan petuah-petuah Ibrahim. Lalu ia kembali bertanya, "Ya Abu Ishaq, kini apa lagi syarat yang ke empat?"

"Kalau malaikat maut datang hendak mencabut ruhmu, katakanlah, "Undurkanlah kematianku. Aku ingin bertaubat dan melakukan amal sholeh." kata Ibrahim.
"Ya Abu Ishaq, mana mungkin malaikat maut mau mengabulkan permintaanku itu." jawab lelaki itu.

"Baiklah ya Abu Ishaq, sekarang sebutkan apa syarat yang ke lima?" tanyanya lagi.
"Kalau malaikat Zabaniyah hendak membawamu ke neraka di hari kiamat, janganlah engkau mau ikut bersamanya."

"Ya Abu Ishaq, jelas saja mereka (malaikat Zabaniyah) tidak akan mungkin membiarkan kau menolak kehendak-Nya." ujar lelaki itu.

"Kalau demikian, jalan apa lagi yang dapat menyelamatkanmu ya Abdullah?" tanya Ibrahim bin Adham. "Ya abu Ishaq, cukuplah! Cukup! Jangan engkau teruskan lagi, mulai detik ini aku mau beristighfar dan mohon ampun kepada Allah. Aku benar-benar ingin bertaubat." ujar lelaki itu sambil menangis penuh penyesalan.

Majnun dan Singgasana Khalifah

Syahdan di Baghdad, pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, hiduplah seorang yang sangat miskin yang biasa dijuluki 'Si majnun'. Suatu saat terjadi kegaduhan di istana, tak lama setelah sholat Jum'at selesai. Sontak, khalifah dan para menteri yang baru saja melaksanakan sholat Jum'at merasa kaget dengan kejadian tersebut.

"Apa gerangan yang terjadi wahai penjaga?" tanya khalifah kepada penjaga. "Ampun tuanku, jika tindakan kami lancang dan mengusik istirahat baginda. Namun, orang gila inilah yang menyebabkan keributan ini terjadi. Dia begitu lancang dan berani duduk-duduk di atas kursi singgasana kebesaran baginda ketika para penduduk negri tengah melaksanakan sholat Jum'at." timpal Hulubalang.

Khlaifah bertanya kepada Si Majnun yang kebetulan masih nangkring di kursi singgasana. "Hai Majnun, apa benar yang dikatakan oleh hulubalang?" bentak Khalifah.

Majnun dengan santai menjawab, "Sebenarnya hamba tidak bermaksud lancang. Saya mendengar betapa nikmatnya duduk di singgasana. Namun barau saja saya duduk, saya dipergoki oleh hulubalang yang selanjutnya menghajar saya habis-habisan. Jika akibat tindakan tersebut lalu saya dipukuli, lalu bagaimana nasib baginda nanti yang selama bertahun-tahun duduk di singgasana tersebut?"

Setelah mendengar jawaban tersebut, khalifah Harun Ar-Rasyid terdiam lalu menangis. Dia tersadar akan beratnya amanah dan tanggung jawab yang dipikulnya selama ini. Setelah peristiwa itu, khalifah terlihat begitu berhati-hati dalam menjalankan pemerintahannya.
Baca Selengkapnya Di Sini »»